Lembaga Pers Mahasiswa Fakuktas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakrta - Bukan Sekedar Wacana


Kebun Buah Bendosari, Sebuah Terobosan Eduwisata

Oleh: Anisa Fadilah | Foto: Anisa Fadilah

Kebun Eduwisata Bendosari merupakan sebuah wisata eduwisata berupa perkebunan dan pertanian. Kebun ini terdapat di desa Bendosari, Kecamatan Moduyan, Kabupaten Sleman,Yogyakarta. Melalui kebun ini diharapkan orang-orang tidak hanya hadir untuk dapat menikmati view ataupun spot perkebunan melainkan juga belajar.

Kebun Eduwisata Bendosari ini merupakan pengembangan dari kelompok kebun Kampong Jamur, sebagaimana yang di ungkapkan oleh Pak Jazim selaku pengurus eksternal kebun. “Kelompok ini adalah kelompok yang dulunya metamorfose dari kelompok jamur, yang mana kita itu kelompok badan usaha berbadan hukum yang sudah ada notarisnya, namanya kelompok kebun kampong jamur”

Pada awalnya tanah ini dikelola untuk menanam tebu dan melon. Namun dalam perkembangannya dikarenakan beberapa hal maka pada tahun 2017 dilakukan proses perpindahan ke usaha yang baru yaitu kebun bibit tanaman buah.

Pada dasarnya lahan seluas 3 Ha ini memiliki tanah berupa tanah grumosol yang merupakan tanah paling subur dalam bidang pertanian. Namun, memang tanah ini kurang cocok untuk tanaman buah. Meski demikian kelompok pengelolaan kebun ini tetap memilih untuk mengelolah tanaman buah dengan alasan karena daerah tersebut merupakan daerah lumbung padi, sehingga hama-hama pertanian seperti tikus adalah hal yang tidak terelakan. Untuk itu maka dibuatlah terobosan baru yang unik berupa penanaman tanaman buah, dengan memanfaatkan buah-buahan yang masih langka di budidayakan.

Adapun komoditas dari perkebunan ini meluputi tamanan utama berupa tanaman alpukat yang terdiri dari 700 tanaman. Untuk  tanaman alpukat terdapat beberapa jenis alpukat yang dibudidayakan yakni jenis Hana 1, Hana 2 dan Miki. Selain alpukat juga terdapat tanaman sela berupa jambu kristal yang kurang lebih terdiri dari 1100 batang dan mangga mahatir serta juga terdapat rumput gajah.

Dalam proses pengelolaan lahan terdapat beberapa kendala yang ditemui terutama adalah kendala pengairan, selama ini pengairan hanya berupa air hujan dan air dari sungai tengah, akan tetapi dikarenakan sungai tengah ini melewati tengah perkampungan,sehingga aliran air yang sampai keperkebunan relatif kecil.

Dengan lahan yang memiliki jenis tanah clay ini, maka sangat di butuhkan kuantitas air yang memadai.karena dengan jenis tanah ini, maka tanah akan menggumpal jika menyerap terlalu banyak air sehingga tanaman akan sulit menyerap air, sedangkan jika tidak terkena air maka tanah akan pecah, untuk itu diperlukan kadar air yang mencukupi. Sehingga untuk mengakali masalah pengairan ini maka  pengelola sudah membuat rencana untuk segera menggunakan pengairan sistem pipa.

“Untuk masalah penyiraman, sepertinya kita mau pakai irigasi model pipa, mungkin satu dua minggu lagi kita akan ada disel, ada air pipa, kita Tarik pakai selang, kita lubangi pertanaman untuk menyirami jambu sama alpukat” Jelas Pak Jazim.

Mengenai pemasaran produk perkebunan, ada beberapa cara pemasaran produk tergantung pada jenisnya. “kita ada rumput gajah nanti akan dikirim ke gembira loka, untuk  pemasaran alpukat itu ya dek akan dilakukan pada beberapa domain pasar yaitu pasar internal dan pasar pengelolaan, pada pasar pengelolaan alpukat akan diolah menjadi alvokado oil sebagai bahan kosmetik”  Ujar Pak Jazim

“Penjualan masih bersifat lokal, belum ada pengiriman keluar,barang ini habis sold old di jogja saja,  harganya untuk jambu kristal berkisan 12-15 ribuan/Kg, untuk pembelian disi 12 ribuan” lanjut Pak Jazim.

Untuk saat ini dikarenakan masih berapa pada fase awal pengelolaan kebun ini masih terfokus pada aspek ekonomi,tetapi tetap dengan menyisipkan aspek eduwisata, akan tetapi untuk kedepannya kebun ini diharapkan dapat berfokus baik pada aspek eduwisata maupun ekonomi agar dapat dapat memberikan manfaat kepada masyarakat Bendosari sekaligus dapat menjadi tempat belajar serta wadah pengetahuan masyarakat luas.

Posting Komentar

0 Komentar