Lembaga Pers Mahasiswa Fakuktas Sains dan Teknologi UIN Sunan Kalijaga Yogyakrta - Bukan Sekedar Wacana


Butterfly effect : Memelihara Burung yang Menghancurkan Sebuah Bangsa

        Sering kita jumpai hampir di setiap daerah bahkan di setiap rumah,  ada seekor burung yang dipelihara dan dikurung dalam sangkar. Rasa kecintaan terhadap burung peliharaan membuat orang rela mengorbankan uang dan waktu mereka hanya untuk memfasilitasi burung mereka.  Mulai dari membeli sangkar, yang tak jarang harganya  melebihi  harga burung yang dipelihara, menyediakan pakan, bahkan memandikan burung kesayangannya. Tak jarang kita temui, saking sayangnya terhadap burung kecintaannya, seseorang tidak akan menjualnya  walaupun ditawar jutaan hingga milyaran rupiah. .

Kicauan serta keindahan bulu  dari burung itulah yang mendorong seseorang tega mengurungnya, membiarkan si burung hidup dalam sangkar sempit,  dan merampas kebebasan dari si burung.  Peduli setan dengan hidup si burung, yang terpenting mereka bisa menikmati kicauan serta keindahan dari bulu si burung. Apakah hal tersebut mencerminkan kasih sayang sesama makhluk hidup?  Atau hanya sekedar melampiaskan keegoisan manusia?

Miskonsepsi dalam membedakan arti “egois dan kasih sayang”  inilah yang menjadi akar permasalahan dari awal kehancuran sebuah bangsa. Bagaimana bisa? jika seekor burung yang diciptakan dengan sepasang sayap dipaksa bertengger pada sebatang kayu didalam sangkar yang sempit dan membuatnya hampir tak mampu bergerak bebas, maka jelas itu dinamakan egois.

Hal yang sama juga terjadi pada fenomena orang tua yang selalu memaksakan kehendak terhadap apapun yang berhubungan dengan anaknya. Dengan dalih kasih sayang, sering kali orang tua  memilihkan apa yang menurut mereka baik untuk anaknya, namun belum tentu cocok dengan passion anak tersebut. Misal saja pemilihan sekolah, tak jarang orangtua memilihkan sekolah mana  ataupun jurusan apa yang akan dimasuki anaknya. Hal tersebut tentunya akan membatasi keinginan anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya. Setiap anak mempunyai bakat dan minat yang berbeda dan manakala anak dipaksakan menyukai hal yang sebenarnya tidak sesuai dengan keinginan mereka, maka yang terjadi adalah perbuatan yang dilakukan hanya dengan  setengah hati.

 Fenomena tersebut dibilang lumrah dalam hidup bermasyarakat dewasa ini. Padahal,  hal semacam itulah yang mengakibatkan sikap kritis dan kreatif generasi muda semakin menurun. Bagaimana tidak, sikap kreatif dari anak yang itu sesuai dengan minat dan bakat mereka terkekang oleh kehendak orang lain. Hal tersebut membuat anak tidak leluasa dalam berkreasi serta menumpulkan daya kritis mereka.

        Pada akhirnya,  kita tahu bahwa kemajuan sebuah bangsa akan bergantung pada generasi mudanya. Apabila kritik dan kritis dijauhkan oleh keegoisan seseorang, maka dapat dipastikan sebuah bangsa akan mengalami kemunduran bahkan kehancuran.

Posting Komentar

0 Komentar