Saat itu kembang purnama
Melekat indah di depan mata
Seberkas cahaya, larik Sang Surya
Saat itu kelopak mentari
Menyinari seluruh isi hati
Berhenti dan tak mau pergi
Purnama setia mengambang
Kelak akan tumbang
Di kaki sang fajar, ia tinggal
Mentari heboh sendiri
Ia belum bisa mengerti
Berjalan atau berlari akan ia hadapi
Hingga akhirnya purnama menghilang
Sungguh malang, ia yang begitu terang
Kini meninggalkan.
Mentari memberanikan diri
Ia berteriak dengan nada tinggi
“Purnama kau pasti akan kembali”
Semoga,
Purnama dan Mentari.Sepasang bola mata
dengan hidung senada,
pipi merona,
serta merah bibirnya.
tanpa cela.
Mati lagi malam ini
di ruang sakti, tak bertepi
tak berpenghuni
Merebak dari dada ke ujung kepala,
dari dada ke telapak kakinya
lalu kembali lagi
membeli mimpi-mimpi
Jadi diri sendiri.
1 Komentar
kyk pernah liat karya nya.
BalasHapusSilahkan Kirim Tulisan Anda Baik Berupa Artikel, Opini, Cerpen, Dll ke
Email : lpmmetamorfos19@gmail.com